WONOGIRI—Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Kementerian Agama (Kemenag), Prof. Dr. Suyitno, M.Ag meminta kepada seluruh perguruan tinggi Islam Swasta untuk tidak minder. Prof Suyitno menyatakan banyak perguruan tinggi swasta yang memiliki kualitas sama atau bahkan lebih unggul dari perguruan tinggi negeri.
“Penilaian mutu tidak ada beda, bukan hanya negeri tapi juga di swasta. Perguruan tinggi swasta agar tetap confident. Jangan pernah menjadi inferior. PTKIS tidak usah minder. Jangan minder,” ujar Prof Suyitno saat memberikan opening speech pada acara Pelatihan Auditor, Minggu (7/2/2021).
Pelatihan yang diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti (STAIMAS) Wonogiri dan Forum Penjaminan Mutu PTKIN itu diikuti 45 peserta dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kegiatan yang berlangsung sampai Selasa (9/2/2021) dan daring menggunakan Zoom itu menghadirkan tujuh pembicara.
Ketujuh pembicara itu adalah Sekretaris LPM UIN Surabaya, Dr. Asep Saepul Hamdani, M.Pd; Staf Ahli/Profesional LPM UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Rosihan Aslihuddin, M.A.B., C.R.A, C.R.P; Wakil Direktur Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Fajri Ismail, M.Pd.I; Sekretaris LPM UIN Malang, Dr. Helmi Syaifuddin; Sekretaris LPM UIN Pekalongan, Yusuf Nalim, M.Pd; Sekretaris LPM UIN Raden Fatah Palembang, Indrawati, MPd; Ketua SPI IAIN Surakarta, Dr.Muh. Nashirudin.
Pada kesempatan itu, Prof Suyitno menyatakan mutu pendidikan perguruan tinggi sangat penting. Namun, kata dia, tidak semua perguruan tinggi memiliki kesadaran akan pentingnya mutu itu. Dia merespons positif pelatihan auditor yang digagas STAIMAS itu. Ia berharap melalui pelatihan itu akan menghasilkan auditor-auditor yang bermutu.
“Bagi STAIMAS mutu adalah ruh. Mutu itu ruh bagi sebuah institusi. Sangat fundamental. Yang membedakan sekolah dengan perguruan tinggi pada instrumen penelitian dan pengabdian masyarakat. Jika dua kategori itu tidak muncul atau bahkan di bawah standar sebuah perguruan tinggi maka namanya sekolah atau madrasah,” tambah Prof Suyitno.
Dia menegaskan Diktis tidak membedakan sama sekali untuk seleksi kesempatan penelitian. Prof Suyitno menuturkan kompetitif berdasarkan aturan yang ada dan siapapun bisa mendapatkan kesempatan hibah melalui mekanisme kompetisi.
Prof Suyitno menyadari perhatian pemerintah belum berpihak kepada PTKIS karena regulasi yang ada mengatur tentang BOPTN. Dia mengemukakan pihaknya hanya akan melaksanakan regulasi-regulasi yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk itu Ia berharap regulasi ke depan diupayakan revisi supaya ada perhatian dan keberpihakan kepada perguruan tinggi swasta.
Sebelumnya, Pembina Yayasan Karya Emas Center, Hj Endang Maria Astuti MH, mengapresiasi penyelenggarakan kegiatan pelatihan auditor yang diadakan LPM STAIMAS dan Forum Penjaminan Mutu PTKIN. Endang berharap pelatihan itu bisa membuka wacana dan upaya dosen-dosen meningkatkan kapasitas.
“Saya masih melihat dan memandang perlakuan yang tidak equal atau tidak setara dari pemerintah terhadap PTKIS. Standar nasional harus membenahi semuanya. Menjadi tidak adil karena pendidikan menjadi tanggung jawab negara,” ujar Endang yang merupakan anggota Komisi VIII DPR RI itu.
Ketua LPM STAIMAS, Atik Nurfatmawati, SE, M.I.Kom, menuturkan pelatihan auditor itu sebagai sebuah ikhtiar untuk maju dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi.
“Harapan kami, PTKIS bisa disupport untuk mendapatkan bimbingan dan pendampingan. Bagi PTKIS yang berada di pinggiran untuk akses ilmu masih tertinggal jauh. Melalui pelatihan auditor ini kami bisa saling berkenalan, bertukar pikiran dan saling support. Semoga bermanfaat,” terang Atik.