Perguruan Tinggi Harus Mampu Menjadi Pioner Character Building

Uncategorized

Anggota DPR RI Komisi VIII Bidang Sosial Agama, Hj Endang Maria Astuti SAg, SH, MH, berharap kepada perguruan tinggi agar mampu menyiapkan dan mencetak lulusan yang cakap secara akademik dan profesional. Sehingga, ketika sudah menyandang gelar tidak memalukan.

Demikian disampaikan Endang saat menyampaikan Opening Speech pada Web Seminar (Webinar) Nasional, Sabtu (11/7). Seminar yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti (STAIMAS) Wonogiri itu mengambil tema Inovasi Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0.
“Indonesia tidak boleh kalah dalam hal pendidikan. Tentu saja kita harus bersaing dengan negara-negara maju terlebih dahulu. Kita harus mengejar ketertinggalan. Tanggung jawab pendidikan bukan hanya pemerintah, tapi semua stakeholder, keluarga dan masyarakat,” ujar Endang.

Menurut Endang, lembaga pendidikan yang berada di bawah Kemenag mestinya menjadi sesuatu pembeda dalam pembentukan karakter. Perguruan Tinggi (PT) harus mampu menjadi pioner character building.
“Kualitas pendidikan harus didukung pengembangannya seperti kelembagaan dan akademik, pengembangan sumber daya, pengembangan sarana dan prasana,” lanjutnya.

Ketua STAIMAS, H Tri Gunawan Hadi S.Sos, SpdI, MH, merasa bersyukur dapat menjalin kerjasama dengan PT lain dalam menyelenggarakan Webinar. Tri berharap ke depan semua lembaga yang ada di Staimas mampu mengembangkan diri secara mutu.

“STAIMAS Wonogiri merupakan perguruan tinggi baru yang berdiri pada tahun 2017. Dengan usia yang sangat muda ini, kami berupaya meningkatkan kualitas. Kehadiran Staimas sebagai bagian dari dedikasi kami terutama di lingkungan Wonogiri,” terangnya.
Hadir pada webinar itu Dosen Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin, Dr Ani Cahyadi Masri, MPd, Umi Salamah MPd.I, Wakil Dekan FUAD IAIN Tulungagung, Dr Nur Kholis MPd, Ketua LPM STAIMAS, Atik Nurfatmawati SE, MIKom.

Ani menyatakan pembelajaran online bisa membawa perubahan-perubahan termasuk hilangnya character building. Untuk itu, harus dipikirkan oleh semuanya agar pembentukan karakter tetap berjalan.
“Kondisi yang menghendaki seperti ini. Pada kondisi sekarang harus berubah. Kenyataan di lapangan, bukan hanya sekadar berubah online. Yang biasanya dulu bisa salaman sekarang tidak bisa, dulu tatap muka sekarang tidak bisa tatap muka. Semasa belum masa covid, seakan-sakan seratus persen tanggung jawab pendidikan kepada sekolah. Sekarang antara sekolah dan tanggung jawab keluarga harus benar-benar diperhatikan,” kata Ani.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *